1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sepak BolaIndonesia

Piala Asia: Australia? Maju Tak Gentar, Indonesia!

Hardimen Koto
Hardimen Koto
28 Januari 2024

Lawan Australia, sebuah partai bersejarah bagi Indonesia di Piala Asia. Skuad Garuda optimis bisa menyodorkan keajaiban. Analisa Hardimen Koto.

https://p.dw.com/p/4blDh
Timnas Indonesia jelang pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Filipina
Timnas Indonesia jelang pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan FilipinaFoto: Jam Sta Rosa/AFP/Getty Images

Jassim Bin Hamad Stadium, stadion berkapasitas 15.000 tempat duduk di Doha, Qatar, mungkin tak sanggup menampung antusiasme fans Garuda menyaksikan langsung duel Indonesia vs Australia.  

Tapi, meski sebagian besar dari 40 ribuan diaspora Indonesia di Qatar tak datang langsung, mereka pasti memanjatkan doa. Sama seperti  jutaan warga Indonesia lainnya, di mana pun: berdoa untuk hasil terbaik.  

Maklum, duel penting di medium 16 Besar Piala Asia ini adalah sejarah. Maklum, ini pertama kali Indonesia tiba di fase gugur dalam sejarah lima kali lolosnya skuad Garuda di putaran final: UEA 1996, Lebanon 2000, China 2004, ASEAN 2006 dan Qatar 2023.  

Atmosfir beda. Mental bermainnya lebih kokoh. Adrenalinnya tinggi. Dan tentu, saya berharap: Pratama Arhan, Rikzy Ridho, Ivar Jenner, Asnawi cs lebih rileks jumpa Australia.  

Secara rekor vs Australia, Elkan Baggot cs timpang. Indonesia delapan kali kalah dengan dua kemenangan. Itu pun terakhir didapat pada 1981.  

Di fase grup Piala Asia 2023, Australia memuncaki Grup B dengan dua kemenangan atas Suriah dan India dan imbang vs Uzbekistan.  

Kita, Indonesia - tim dengan rata-rata usia termuda, lolos terakhir dari empat tim peringkat ketiga terbaik. Skuad Shin Tae-yong menyerah pada dua tim raksasa Asia: Irak dan Jepang, yang peringkat dunia berbeda lebih dari 100 anak tangga dan menang vs Vietnam yang peringkatnya masuk Top 100.

Rafael Struick cs lalu lolos berkat gol Joel Kojo - anak Ghana yang berpaspor Kyrgistan saat Oman ditahan imbang 1-1.  

Indonesia seolah "hidup" lagi berkat keajaiban itu: gol Kojo. Oman ditahan Kyrgistan imbang dan tentu, ada doa dan usaha keras seluruh tim.  

Jadi, sekarang, berhentilah membandingkan banyak hal: peringkat FIFA yang beda tajam hingga 121 anak tangga, prosesi lolos ke 16 Besar, atau juga misalnya soal ball-possession.  

Australia, pastinya, di atas Indonesia. Tapi ini sepak bola ketika banyak hal lain bisa memberi pengaruh. Satu yang penting: semangat patriot.  

Australia dalam tekanan, punya beban mental, ada semacam keharusan menang. Namun ini Indonesia: Maju Tak Gentar!

So, STY, nikmati fase gugur di medium 16 Besar ini: main tenang, senyum, rileks dan jagain extra-time plus adu penalti.  

Saya dan kita semua berdoa, semoga ada keajaiban lagi.

Mungkin terlalu berlebihan kalau saya menyeret "kasus" Argentina di Qatar 2022: kalah di game pertama vs Arab Saudi tapi kemudian juara via adu penalti vs Prancis.  

Siapa tahu, Indonesia juga begitu. Siapa tahu.  

Jadi, maju, maju tak gentar!

 

Hardimen Koto: pengamat, analis dan komentator sepak bola 

*tulisan ini menjadi tanggung jawab penulis.

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Hardimen Koto
Hardimen Koto Jurnalis dengan passion hebat untuk dunia olahraga.